Cinta terkadang bahagia dan terkadang menimbulkan rasa kesedihan yang sangat mendalam. Saat ini mungkin kesedihan dalam percintaan lebih dikenal dengan nama galau. Memang terkadang dalam cinta harus terdapat kalimat ada yang disakiti atau menyakiti, sehingga galau pun akan muncul.
Mungkin terkadang di saat galau melanda kita semua hanya diam dan termenung, tapi tidak ada salahnya juga untuk membaca puisi galau yang bisa mewakili perasaan kita. Berikut Beberapa Puisi Hati Yang Galau :
HAMPA HATIKU
Hari ini,
Ku ingin menangis,
Ku ingin meneteskan air mata,
Dan,
Ku tak ingin melihat seorangpun.
Sedih rasanya,
Sepi hatiku,
Hampa hatiku,
Dan,
Kosong hatiku,
Karena,
Tak ada yang menemani,
Tak ada yang menghibur,
Hanya,
Cinta yang menemani,
Menghibur,
Dan menghiasi hari-hariku.
Tapi,
Itupun hanya sebentar,
Dan,
Yang lainnya ku tetap sendiri…
BERAKHIR SUDAH
Berakhir sudah riwayatku,
Hilang tempat bernaung untuk akarku,
Telah habis terbakar kelopak-kelopakku,
Luruh setiap kilau warna mahkota bungaku.
Berakhir sudah riwayatku,
Kemarin semilir angin baru saja mengiringi tarianku,
Namun kini semuanya telah berubah harapan yang semu,
Karena segalanya tertelan dalam nyanyian api yang syahdu.
Berakhir sudah riwayatku,
Juga riwayat kawan-kawanku,
Kami meratapi nasib di bawah langit cerah berwarna biru
Dan setelah ini tak akan ada lagi bagi kami langit biru seperti itu
Berakhir sudah riwayatku,
Apakah alam membenci diriku?
Mengapakah harus aku yang bernasib pilu?
Hingga ia mengutus api untuk menghabisi tiap detik nyawaku
Berakhir sudah riwayatku,
Bagaimana api melahap seluruh hutanku,
Bagaimana warna merah menyala itu menciutkan nyaliku
Tapi kini tak lagi rasa takut menghantuiku,
MENGAPA AKU BEGINI?
Sunyi...Aku sendirian ..
Terpenjara dalam kegalauan
Terkurung dalam kesendirian
Terperangkap di lembah tanpa tujuan
Ada satu yang membuatku sedih
Hatiku teriris pedih
Aku ingin menangis
Kenapa harus menangis
Bermacam perasaan bercampur di dalam jiwa
Gundah gulana mungkin itu yang kurasa
Kecewa dengan semua yang tlah terjadi
Apakah memang begitu
Anganku melayang jauh sekali ke angkasa
Pikiran berbaur dengan perasaan
Sepi...
Kenapa jadi sepi yang kurasakan
Kenapa keramaian berubah jadi kesuyian
Kenapa semua kawan sepertinya jadi lawan
Kenapa tak ada seorangpun yang perduli
Kanapa semua orang tak menghiraukanku
Kenapa aku jadi seperti ini
Padahal aku kan gak seperti ini
Kegalauan telah membuntukan pikiran
Telah menjauhkan dari kebenaran
Kenapa perasaan ini harus ada
Adakah jalan untuk ku keluar
Adakah yang kan membantuku keluar dari semua ini
Adakah orang yang perduli padaku
SEPI, SUNYI, SENDIRI
Sepi...
Gemerlap ibu kota pernah begitu gempita
Namun, sedikit pun tk mampu mengetuk pintu hati
Dengan keheningan malam, dusun yang terselimuti kabut pun;
Terkadang justru mampu meramaikan pelataran sukma
Demi melihat karnaval bayang-banyang nya…
Sunyi...
Jalan depan rumah tk pernah sunyi,
Hilir-mudik ratusan kendaraan mengantarkan bermacam keperluan
Sirine, klakson, knalpot...
Tau entahlah..?
Namun hati ni terkadang masih terasa sunyi
Aku putuskan untuk terdiam dalam ruang kedap,
Perlahan namun pasti anganku mulai merangkai wujud indahnya
Teriring syahdu irama akustik angin malam
SENDIRI
Di rumah bgtu ramai
Meski itu hanya ibu, kakak, dan adek
Selebihnya...? ENTAHLAH...?
Itu sudah cukup alasan kalo ku tak sendiri…
Namun hati ni bgtu asing,
Terasa mereka bahkan dunia pun seakan sirna tertelan kesendirianku
Duduk termangu beratapkan langin
Ditemani seutas kesendirian
Sempurna tk ada lagi lawan bicara...
Diam-diam satu-dua dialog mulai terurai
Hatiku bgitu riuh saat ku berbicara tentangnya
Akal pun bersorak-ramai sahuti puja-puji tentang nya
Mungkin terkadang di saat galau melanda kita semua hanya diam dan termenung, tapi tidak ada salahnya juga untuk membaca puisi galau yang bisa mewakili perasaan kita. Berikut Beberapa Puisi Hati Yang Galau :
HAMPA HATIKU
Hari ini,
Ku ingin menangis,
Ku ingin meneteskan air mata,
Dan,
Ku tak ingin melihat seorangpun.
Sedih rasanya,
Sepi hatiku,
Hampa hatiku,
Dan,
Kosong hatiku,
Karena,
Tak ada yang menemani,
Tak ada yang menghibur,
Hanya,
Cinta yang menemani,
Menghibur,
Dan menghiasi hari-hariku.
Tapi,
Itupun hanya sebentar,
Dan,
Yang lainnya ku tetap sendiri…
BERAKHIR SUDAH
Berakhir sudah riwayatku,
Hilang tempat bernaung untuk akarku,
Telah habis terbakar kelopak-kelopakku,
Luruh setiap kilau warna mahkota bungaku.
Berakhir sudah riwayatku,
Kemarin semilir angin baru saja mengiringi tarianku,
Namun kini semuanya telah berubah harapan yang semu,
Karena segalanya tertelan dalam nyanyian api yang syahdu.
Berakhir sudah riwayatku,
Juga riwayat kawan-kawanku,
Kami meratapi nasib di bawah langit cerah berwarna biru
Dan setelah ini tak akan ada lagi bagi kami langit biru seperti itu
Berakhir sudah riwayatku,
Apakah alam membenci diriku?
Mengapakah harus aku yang bernasib pilu?
Hingga ia mengutus api untuk menghabisi tiap detik nyawaku
Berakhir sudah riwayatku,
Bagaimana api melahap seluruh hutanku,
Bagaimana warna merah menyala itu menciutkan nyaliku
Tapi kini tak lagi rasa takut menghantuiku,
MENGAPA AKU BEGINI?
Sunyi...Aku sendirian ..
Terpenjara dalam kegalauan
Terkurung dalam kesendirian
Terperangkap di lembah tanpa tujuan
Ada satu yang membuatku sedih
Hatiku teriris pedih
Aku ingin menangis
Kenapa harus menangis
Bermacam perasaan bercampur di dalam jiwa
Gundah gulana mungkin itu yang kurasa
Kecewa dengan semua yang tlah terjadi
Apakah memang begitu
Anganku melayang jauh sekali ke angkasa
Pikiran berbaur dengan perasaan
Sepi...
Kenapa jadi sepi yang kurasakan
Kenapa keramaian berubah jadi kesuyian
Kenapa semua kawan sepertinya jadi lawan
Kenapa tak ada seorangpun yang perduli
Kanapa semua orang tak menghiraukanku
Kenapa aku jadi seperti ini
Padahal aku kan gak seperti ini
Kegalauan telah membuntukan pikiran
Telah menjauhkan dari kebenaran
Kenapa perasaan ini harus ada
Adakah jalan untuk ku keluar
Adakah yang kan membantuku keluar dari semua ini
Adakah orang yang perduli padaku
SEPI, SUNYI, SENDIRI
Sepi...
Gemerlap ibu kota pernah begitu gempita
Namun, sedikit pun tk mampu mengetuk pintu hati
Dengan keheningan malam, dusun yang terselimuti kabut pun;
Terkadang justru mampu meramaikan pelataran sukma
Demi melihat karnaval bayang-banyang nya…
Sunyi...
Jalan depan rumah tk pernah sunyi,
Hilir-mudik ratusan kendaraan mengantarkan bermacam keperluan
Sirine, klakson, knalpot...
Tau entahlah..?
Namun hati ni terkadang masih terasa sunyi
Aku putuskan untuk terdiam dalam ruang kedap,
Perlahan namun pasti anganku mulai merangkai wujud indahnya
Teriring syahdu irama akustik angin malam
SENDIRI
Di rumah bgtu ramai
Meski itu hanya ibu, kakak, dan adek
Selebihnya...? ENTAHLAH...?
Itu sudah cukup alasan kalo ku tak sendiri…
Namun hati ni bgtu asing,
Terasa mereka bahkan dunia pun seakan sirna tertelan kesendirianku
Duduk termangu beratapkan langin
Ditemani seutas kesendirian
Sempurna tk ada lagi lawan bicara...
Diam-diam satu-dua dialog mulai terurai
Hatiku bgitu riuh saat ku berbicara tentangnya
Akal pun bersorak-ramai sahuti puja-puji tentang nya
No comments:
Post a Comment